Suzuki Satria F-150 milik Moja
Tiranda ini kerap jadi omongan. Termasuk di komunitasnya sendiri. Yaitu,
Suzuki Satria F150 Club (SSFC). Lewat bore up 228 cc yang dilakukan,
pacuan ini menjadi yang terkencang di klubnya itu. So, wajar jadi bahan
perbincangan. Apalagi, kerap dipakai turing!
“Saya memang
menyukai adrenalin. Biar lebih menantang, makanya dibore up. Teman-teman
saya yang bukan speed lover bilang, katanya motor yang sudah di bore up
tidak bisa lagi dibuat turing,” sebut Mahasiswa yang kuliah di
Universitas Gunadarma ini.
Dari omongan itu, makanya timbul
niatan buat membuktikan kalau motor bore up tak masalah buat turing.
Angka 228 cc itu didapat akibat penggantian piston. Penggebuk ruang
bakar yang baru, andalkan milik Kawasaki Boss yang beken di Thailand.
Mengejar
power yang maksimal, piston milik motor bergenre turing itu dipakai
yang oversize 200. Jadi, kini linner dijejali diameter seher 67 mm. Kan
standarnya Boss di 65 mm.
Klep
isap mengadopsi punya Bajaj Pulsar (kiri) - Noken as dipapas lagi
sesuai kebutuhan (tengah) - Piston Kawasaki Boss lebih enteng (kiri)
"Sengaja pakai punya Boss, karena seher itu lebih pendek 2 mm
dari milik Satria. Malah, biar lebih tambah enteng lagi, bagian bawahnya
ikut dipapas 2 mm,” timpal Ahmad Hidayat, mekanik yang meracik ayam
jago milik Moja itu.
Selain itu, lewat aplikasi piston Boss, ma
ka
tak perlu lagi mengubah diameter pen piston. “Karena diameter pen-nya
sama antara FU dan Boss. Tetap 16 mm,” kata Ahmad yang membuka workshop
Jabric Motor (JM) di Jl. Rawa Jati, Kalibata, Jakarta Selatan.
Karena
dipakai buat keperluan turing, Ahmad alias Jabric, memampas bagian atas
piston 1,5 mm. Itu supaya kompresi yang diinginkan menjadi 12 : 1.
“Kalau buat jalan sehari-hari, tidak perlu kompresi tinggi. Kalau
kompresinya melebihi dari angka yang dipatok tadi, kemungkinan besar
motor akan jebol,” jelas mekanik berjenggot ini.
Tak cukup lewat
piston, stroke ikut ditinggikan. Alasannya, supaya torsinya lebih besar.
Langkah geser big end sekitar 8 mm ikut ditempuh. Naik-turun, jadi 16
mm. Dari stroke FU yang aslinya cuma 48,8 mm kini jadi 64,8 mm.
Akibat
besarnya ruang bakar, aliran gas bakar ikut disesuaikan. Terutama,
besarnya katup alias klep. Klep isap memakai 25 mm. Sedang klep buangnya
pakai 22 mm.
"Klep itu pakai Bajaj Pulsar 180 cc. Karena ukuran
diameter batangnya tetap 4,5 mm,” kata Jabric lagi. Sisanya, tinggal
sempurnakan pengapian. Guna menghasilkan percikan api yang besar.
Diterapkan CDI racing berlabel CMS. Tapi, koilnya tetap standar.
Besarnya
sisa pembakaran, penyesuaian di saluran buang juga disentuh. Knalpot
free flow DBS, dipercaya buat sempurnakan seluruh seting yang dilakukan
Jabric. Terlebih di putaran atas. Sekarang mau turing ke mana saja pasti
dijabanin oleh Moja.